Belajar Sampai Ke Negeri China: Sebuah Analisis Pendidikan di Indonesia dan China

Selamat Tahun Baru Imlek - Gong Xi Fat Choi. Tahun baru imlek ditetapkan berdasarkan perhitungan lunar (peredaran bulan) yang dikombinasikan dengan perhitungan peredaran matahari dan pergantian musim dari musim dingin ke musim semi yang menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan di dunia ini tidak pernah kekal. Kita harus hidup berdampingan, saling menghormati dan saling mengasihi. Penanggalan Imlek banyak digunakan para petani dan nelayan yang pekerjaannya sangat tergantung kepada alam dan musim. Tahun Imlek berbeda 551 tahun dengan tahun Masehi. Awal tahun Imlek diambil dari tahun kelahiran Khong Hu Cu atau Kong Fu Tsu, yaitu tahun 551 sebelum Masehi (SM). Kong Hu Cu dianggap sebagai nabi besar bangsa Cina.

Meskipun tarikh Imlek menggunakan perhitungan bulan, namun berbeda dengan tarikh Arab yang juga berdasarkan peredaran bulan. Tahun Baru Imlek tidak semakin maju 11 hari sebagaimana halnya Idul Fitri terhadap tahun Masehi. Hal ini disebabkan dalam perhitungan Cina terdapat tahun-tahun "Loen" yang muncul sekitar tiga tahun sekali. Karena adanya "Loen" maka dalam setahun terdapat 13 bulan (biasanya 12 bulan). Umumnya, tahun baru Imlek jatuh setiap bulan Januari atau Febuari.

Dilain pihak, umat Islam patut berbangga, Nabi Muhammad telah ‘menginstruksikan’ melalui haditsnya kepada umat-Nya bahwa "Tuntut lah ilmu walaupun ke negeri China". Ini bisa diinterpretasikan bahwa belajar boleh di mana mana, asal mau belajar. Ekspresi ‘sampai ke negeri China’ menunjukkan bahwa Nabi adalah seorang futurist, visioner dan tidak mengekang umat-Nya untuk belajar hanya ‘disekitar rumahnya’. Tentu saja, kalau Nabi mengatakan "negeri China’, tentu saja dia mendapat petunjuk dari Ilahi bahwa dimasa yang akan datang pendidikan negeri China merupakan salah satu tempat belajar yang menjanjikan dan berkualitas.

Terbukti sudah sabda Nabi tersebut, belajar sampai ke negeri China bukan sekedar ungkapan penunjukkan tempat belaka, tetapi penuh makna dan inspiratif. Sekarang China sudah menjadi salah satu negara yang paling maju di dunia setelah AS, Jepang dan Uni Eropa. Diyakini AS dan Uni Eropa bisa maju didukung oleh SDA yang kaya dan ditopang oleh jumlah penduduk yang ‘tidak banyak’. Tapi bayangkan dengan penduduk yang lebih satu milyar, China bisa tangguh dalam mengelola pendidikan dengan optimal sehingga bisa menghasilkan SDM yang bisa membangun negaranya.

Ungkapan ‘Negeri China" dalam ungkapan diatas menunjukkan disatu sisi sebagai ungkapan penekanan bahwa seberapa penting sebuah pembelajaran, belajar itu tidak mengenal tempat, dimana saja asal ilmu yang didapatkan dalam proses pembelajaran bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dilain pihak, ada "implikatur" dalam ungkapan tersebut yaitu belajar ‘diluar’ dengan latar belakang agama dan tradisi yang berbeda bukan untuk mengikuti agama dan tradisi didaerah tersebut, seperti seekor ikan yang hidup di laut, walaupun airnya asin, tetapi ikan tidak pernah asin. Begitu juga seorang pembelajar yang belajar di negeri non-muslim.

Termasuk karunia Tuhan disamping nikmat persepsi dan berfikir, manusia dibekali pula dengan kesiapan alamiah untuk belajar serta memperoleh ilmu, pengetahuan, keterampilan dan keahlian. Belajar menjadikan manusia memiliki kemampuan lebih dalam untuk mengemban tanggung jawab hidup dan memakmurkan bumi. Selain itu, belajar juga memungkinkan manusia mengembangkan kemampuan dan keterampilannya dengan jamninan manusia dapat mencapai kesempurnaan insani yang luar biasa.

Manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan dari dua sumber utama: sumber ilahi dan sumber insaniah (Najati, 2005). Ilmu yang datang dari sumber ilahi adalah ilmu yang secara langsung datang kepada kita dari Allah SWT melalui wahyu, ilham atau mimpi yang benar. Adapun ilmu yang datang dari sumber insaniah adalah ilmu yang dipelajari manusia dari pengalaman pengalaman pribadinya dalam kehidupan, kesungguhannya dalam eksplorasi, observasi, upaya mengatasi berbagai masalah yang menghadang dengan cara trial and error, atau melalui pengalaman praktis.

Pada suatu kesempatan, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas Fasli Jalal pernah menyatakan niatnya untuk belajar tentang pendidikan untuk guru kepada China. Pernyataan itu diutarakannya setelah penutupan The Seventh E-9 Ministerial Review Meeting on Education for All di Bali (12/3) sebagaimana dilansir The Jakarta Post (13/3).

Niat pemerintah Indonesia untuk belajar dari China tentang pendidikan dan distribusi guru patut didukung. Meningkatkan kualitas guru berarti meningkatkan kualitas pendidikan. Menyediakan guru-guru berkualitas berarti mencerdaskan semua anak bangsa di mana pun mereka berada.

Saling belajar antar negara negara Asia sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan saling pengertian khususnya dalam bidang pendidikan di Indonesia yang ternyata tertinggal kemajuannya dibandingkan beberapa negara Asia lainnya (Surya, 2003). Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, Indonesia harus banyak belajar dari beberapa negara di Asia yang telah terbukti mampu meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan bangsanya melalui pendidikan, yaitu China.

Pembangunan China yang pesat beberapa dasawarsa terakhir ini merupakan hasil dari kebijakan pemusatan pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Sejalan dengan visi China ke depan, ratusan ribu para generasi muda dikirim ke luar negeri untuk menuntut ilmu dan mereka disiapkan untuk menjadi subjek subjek pembangunan China dimasa yang akan datang. Pendidikan mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional dengan menyediakan anggaran dan sarana yang memadai di seluruh negara. Guru merupakan kunci sentral dan mendapatkan tempat terhormat menurut alam budaya China. Hal itu diwujudkan dengan pengelolaan guru yang mencerminkan posisi itu seperti gaji yang lebih baik dibandingkan dengan pegawai lain, fasilitas yang diberikan oleh negara seperti perumahan dan jaminan jaminan lain.

Jelas sekali, paradigma pembangunan nasional China berbasis pada pengembangan sumber daya manusia merupakan landasan yang kokoh bagi kemajuan nasional dalam berbagai bidang untuk memasuki persaingan global. Ini dinyatakan dengan wujud kemauan, kepedulian, dan kebijakan politik dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Dan menghimbau kepada pihak swasta untuk berinvestasi dalam bidang pendidikan tanpa menekankan cari untung secara material.

Bagi China, guru sebagai salah satu komponen pendidikan menempati posisi sentral dalam aktualisasinya melalui satu manajemen guru yang efektif dan dilandasi dengan legalitas perundang undangan yang mantap serta dilaksanakan secara konsekuen. Hal hal yang berkaitan dengan rekrutmen, seleksi, pendidikan, sistim remunerasi, penghargaan dan perlindungan, pengembangan profesi, jaminan sosial, pembinaan, promosi dilakukan melalui pendekatan terpadu. Para guru mendapatkan perlakuan secara kultural dan material sedemikian rupa sehingga memperoleh jaminan yang memadai untuk bekerja efektif secara profesional.

Otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan dilaksanakan secara konsekuen sampai ke tingkat institusional dalam rangka standar nasional. Desentralisasi pendidikan memberikan peluang bagi daerah untuk mengembangkan kebijakan pendidikan dalam kerangka nasional, dan manajemen berbasis sekolah memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk secara mandiri dan kompetitif dalam pelaksanaan pendidikan. (Surya, 2003)

Dalam sebuah situs, selain guru, ada dua hal penting lain yang patut di pelajari dari pendidikan di China. Pertama, komitmen dan konsistensi pemerintah China untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan berdasarkan kebutuhan mereka sendiri. Pencanangan suatu strategi pendidikan diikuti dengan perangkat kebijakan dan teknis implementasi lapangan. Implementasi sebuah strategi pendidikan dilakukan untuk jangka menengah hingga jangka panjang, tidak cepat berubah, selalu dievaluasi keberhasilannya, dan mempertimbangkan kondisi masyarakat China sendiri.

Kedua, kurikulum dan buku teks disusun berdasarkan hasil penelitian. Hal itu menuntut digalakkannya penelitian psikologi untuk pendidikan. Penelitian-penelitian psikologi amat diperlukan untuk menjawab pertanyaan tentang pengetahuan yang sesuai untuk dipelajari anak-anak menurut usia mereka dan bagaimana mengajarkan pengetahuan itu. Karena di teliti di masyarakatnya maka hasil temuan itu memang yang paling sesuai dengan masyarakat China. Kurikulum dan metode tidak semata-mata meniru dari Barat atau Negara lain, tetapi yang sesuai dengan masyarakat China.

Kurikulum dan buku teks tidak disusun berdasarkan subjek yang ada, tetapi mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan anak-anak sesuai dengan usianya. Jadi, anak-anak tidak terbebani oleh banyaknya mata ajar, tugas-tugas, atau membaca buku yang cara penyajiannya tidak sesuai dengan kemampuan kognitif di usia mereka. Anak-anak seharusnya bisa lebih mudah mengikuti pelajaran karena ilmu yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan mereka dan cara penyampaiannya sesuai dengan kemampuan usia mereka. Jangan ada lagi, misalnya, anak-anak di taman kanak-kanak yang dipaksa ikut les tambahan belajar membaca supaya bisa lulus tes masuk sekolah dasar. Atau jangan ada lagi anak-anak sekolah dasar yang diharuskan mengerjakan lembar kerja yang hurufnya dicetak kecil-kecil seperti buku teks orang dewasa.

Memang beberapa ulama menyatakan "haram" hukumnya ikut merayakan Tahun Baru Imlek seperti yang dilakukan dalam budaya China (Tionghoa). Tetapi, sebagai orang yang hidup dalam era global, sebaik tidak mencampurkan urusan agama dengan "belajar". Kita hormati dan hargai siapapun yang ingin merayakan hari raya nya, tetapi apakah kita harus "berdosa" kalau kita ingin mempelajari ‘kebudayaan, strategi, kiat, program’ yang membawa masyarakat itu alam kesuksesan? Sin Chun Kiong Hie, Tiam Thiam Sui.

2 komentar:

  1. uraian yang menarik
    terutama pmbhasan mengenai cina
    sya sgt butuh infonya..
    hanya ada beberapa kalimat yg kurng sefaham dgn saya.
    pada kalimat
    " Tetapi, sebagai orang yang hidup dalam era global, sebaik tidak mencampurkan urusan agama dengan "belajar".

    sya rasa qt slh menyikapi disini. agama itu utuh tdk bisa dipisahkan dlm hdp manusia utk segala aspek apapun, sbgai seorang muslim Allah telah menurunkannya utk dipelajari dan panduan dlm kehidupan. Allah mengaturnya utk segala kehidupan manusia mlalui penjelasan al-qur'an dan hadist nabi.
    tapi syg qt trkdng hnya memahami agama setengah2 sja, sehingga qt tdk mampu mnyatukan agama dlm setiap sisi kehidupan qt
    jika qt mau belajar lebih dlm. Tidak ada pemisahan agama dgn bdng khidupan krn islam itu mencakup segala hal baik politik, hukum, pendidikan dan pemerintahan jika qt sering membaca sejarah2 nabi maka qt akn tau bahwa nabi mempraktekkan semuanya atas dasar islam sebagai agama junjungan. Sya hanya ingin menekankan bahwa tdk ada pemisahan islam dgn kehidupan, seperti halnya pola pikir yg marak berkembang dimasyarakat saat ini, lihat sja sekarang ketika seorang yg duduk dipemerintahan tdk membawa agama sebgai patokan hidupnya maka tdk sdkt tindak korupsi yg sdh qt saksikan.
    Maaf tlg diperhatikan Islam itu satu untuk semua bdng kehidupan tdk ada pemisahan .

    trmksh maaf jka kepanjangan

    BalasHapus
  2. I really like your comment :) jika ingin diskusi lebih lanjut tentang hubungan islam & china feel free to contact my on mny facebook. dgn senang hati saya kan bagi sedikit pengetahuan yang saya tahu.thx & wassalam

    BalasHapus

Powered By Blogger