AKU INGIN MATI

Seorang pria mendatangi Sang Master, “Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apapun yang saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati.”
Sang Master tersenyum dan menasehatinya dengan berbagai cara dan lembut,serta siap membantunya, namun pria itu menolak tawaran sang guru dan bertekad untuk tetap mati agar hatinya tenang.
Dengan lembut sang guru berkata ;“Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?”
“Baik, besok sore kamu akan mati. Ambillah botol obat ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok sore jam enam, dan jam delapan malam kau akan mati dengan tenang.”
Giliran dia menjadi bingung. Setiap Master yang ia datangi selama ini selalu berupaya untuk memberikannya semangat untuk hidup. Yang satu ini aneh. Ia bahkan menawarkan racun. Tetapi, karena ia memang sudah betul-betul jenuh, ia menerimanya dengan senang hati.



Pulang kerumah, ia langsung menghabiskan setengah botol racun yang disebut “obat” oleh Master edan itu. Dan, ia merasakan ketenangan sebagaimana tidak pernah ia rasakan sebelumnya.Begitu rileks, begitu santai!. Tinggal 1 malam, 1 hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah.
Malam itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang. Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir. Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget!
Sebelum tidur, ia mencium bibir istrinya dan membisiki di kupingnya, “Sayang, aku mencintaimu. “Karena malam itu adalah malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis! Esoknya bangun tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi menyegarkan tubuhnya. Dan ia tergoda untuk melakukan jalan pagi.
Pulang kerumah setengah jam kemudian, ia menemukan istrinya masih tertidur. Tanpa membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir,ia ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istripun merasa aneh sekali Selama ini, mungkin aku salah. “Maafkan aku, sayang.”
Di kantor, ia menyapa setiap orang, bersalaman dengan setiap orang. Stafnya pun bingung, “Hari ini, Boss kita kok aneh ya?” Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka pun menjadi lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis!
Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap pendapat-pendapat yang berbeda.Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang kerumah jam 5 sore, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda depan. Kali ini justru sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, “Sayang, sekali lagi aku minta maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu.” Anak-anak pun tidak ingin ketinggalan, “Ayah, maafkan kami semua. Selama ini, Ayah selalu stress karena perilaku kami.”
Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Tiba-tiba, hidup menjadi sangat indah.
Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana dengan setengah botol yang sudah ia minum, sore sebelumnya?
Ia mendatangi sang Guru lagi. Melihat wajah pria itu, rupanya sang Guru langsung mengetahui apa yang telah terjadi, “Buang saja botol itu. Isinya air biasa. Kau sudah sembuh, Apa bila kau hidup dalam kekinian, apabila kau hidup dengan kesadaran bahwa maut dapat menjemputmu kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.”

Leburkan egomu, keangkuhanmu, kesombonganmu. Jadilah lembut, selembut air. Dan mengalirlah bersama sungai kehidupan. Kau tidak akan jenuh, tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah rahasia kehidupan. Itulah kunci kebahagiaan. Itulah jalan menuju ketenangan.

Pria itu mengucapkan terima kasih dan menyalami Sang Guru, lalu pulang ke rumah, untuk mengulangi pengalaman malam sebelumnya. Konon, ia masih mengalir terus. Ia tidak pernah lupa hidup dalam kekinian. Itulah sebabnya, ia selalu bahagia, selalu tenang, selalu HIDUP.

Hidup…bukanlah merupakan suatu beban yang harus dipikul, tapi merupakan suatu anugrah untuk dinikmati.

DO'A

Ya ALLAH, perbaiki hubungan antar kami Rukunkan antar hati kami Tunjuki kami jalan keselamatan Selamatkan kami dari kegelapan kepada terang Jadikan kumpulan kami jama'ah orang muda yang menghormati orang tua Dan jama'ah orang tua yang menyayangi orang muda Jangan Engkau tanamkan di hati kami kesombongan dan kekasaran terhadap sesama hamba beriman Bersihkan hati kami dari benih-benih perpecahan, pengkhianatan dan kedengkian

 

Ya ALLAH, wahai yang memudahkan segala yang sukar Wahai yang menyambung segala yang patah Wahai yang menemani semua yang tersendiri Wahai pengaman segala yang takut Wahai penguat segala yang lemah Mudah bagimu memudahkan segala yang susah Wahai yang tiada memerlukan penjelasan dan penafsiran Hajat kami kepada-Mu amatlah banyak Engkau Maha Tahu dan melihatnya

 

Ya ALLAH, kami takut kepada-Mu Selamatkan kami dari semua yang tak takut kepada-Mu Jaga kami dengan Mata-Mu yang tiada tidur Lindungi kami dengan perlindungan-Mu yang tak tertembus Kasihi kami dengan kudrat kuasa-Mu atas kami Jangan binasakan kami, karena Engkaulah harapan kami Musuh-musuh kami dan semua yang ingin mencelakai kami Tak akan sampai kepada kami, langsung atau dengan perantara Tiada kemampuan pada mereka untuk menyampaikan bencana kepada kami "ALLAH sebaik baik pemelihara dan Ia paling kasih dari segala kasih"

 

Ya ALLAH, kami hamba-hamba-Mu, anak-anak hamba-Mu Ubun-ubun kami dalam genggaman Tangan-Mu Berlaku pasti atas kami hukum-Mu Adil pasti atas kami keputusan-Mu

 

Ya ALLAH, kami memohon kepada-Mu Dengan semua nama yang jadi milik-Mu Yang dengan nama itu Engkau namai diri-Mu Atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu Atau Engkau ajarkan kepada seorang hamba-Mu Atau Engkau simpan dalam rahasia Maha Tahu-Mu akan segala ghaib Kami memohon-Mu agar Engkau menjadikan Al Qur'an yang agung Sebagai musim bunga hati kami Cahaya hati kami Pelipur sedih dan duka kami Pencerah mata kami

 

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Nuh dari taufan yang menenggelamkan dunia

 

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Ibrahim dari api kobaran yang marak menyala

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Musa dari kejahatan Fir'aun dan laut yang mengancam nyawa

 

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Isa dari Salib dan pembunuhan oleh kafir durjana

 

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Muhammad alaihimusshalatu wassalam dari kafir Quraisy durjana, Yahudi pendusta, munafik khianat, pasukan sekutu Ahzab angkara murka

 

Ya ALLAH, yang menyelamatkan Yunus dari gelap lautan, malam, dan perut ikan

Ya ALLAH, yang mendengar rintihan hamba lemah teraniaya Yang menyambut si pendosa apabila kembali dengan taubatnya Yang mengijabah hamba dalam bahaya dan melenyapkan prahara

 

Ya ALLAH, begitu pekat gelap keangkuhan, kerakusan dan dosa Begitu dahsyat badai kedzaliman dan kebencian menenggelamkan dunia Pengap kehidupan ini oleh kesombongan si durhaka yang membuat-Mu murka Sementara kami lemah dan hina, berdosa dan tak berdaya

 

Ya ALLAH, jangan kiranya Engkau cegahkan kami dari kebaikan yang ada pada-Mu karena kejahatan pada diri kami Ya ALLAH, ampunan-Mu lebih luas dari dosa-dosa kami Dan rahmah kasih sayang-Mu lebih kami harapkan daripada amal usaha kami sendiri

 

Ya ALLAH, jadikan kami kebanggaan hamba dan nabi-Mu Muhammad SAW di padang mahsyar nanti Saat para rakyat kecewa dengan para pemimpin penipu yang memimpin dengan kejahilan dan hawa nafsu Saat para pemimpin cuci tangan dan berlari dari tanggung jawab Berikan kami pemimpin berhati lembut bagai Nabi yang menangis dalam sujud malamnya tak henti menyebut kami, ummati ummati, ummatku ummatku Pemimpin bagai para khalifah yang rela mengorbankan semua kekayaan demi perjuangan Yang rela berlapar-lapar agar rakyatnya sejahtera Yang lebih takut bahaya maksiat daripada lenyapnya pangkat dan kekayaan

 

Ya ALLAH, dengan kasih sayang-Mu Engkau kirimkan kepada kami da'i penyeru iman Kepada nenek moyang kami penyembah berhala Dari jauh mereka datang karena cinta mereka kepada da'wah Berikan kami kesempatan dan kekuatan, keikhlasan dan kesabaran Untuk menyambung risalah suci dan mulia ini Kepada generasi berikut kami Jangan jadikan kami pengkhianat yang memutuskan mata rantai kesinambungan ini Dengan sikap malas dan enggan berda'wah Karena takut rugi dunia dan dibenci bangsa


KOKOHNYA IMAN VS BENGISNYA PREMAN

Suatu sore, ditahun 1525. Penjara tempat tahanan orang-orang di situ terasa hening mencengkam. Jendral Adolf Roberto, pemimpin penjara yang terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.


Setiap sipir penjara membungkukkan badannya rendah-rendah ketika 'algojo penjara' itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu 'jenggel' milik tuan Roberto yang fanatik .. itu akan mendarat di wajah mereka.


Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar seseorang mengumandangkan suara-suara Ayat Suci yang amat ia benci. "Hai...hentikan suara jelekmu! Hentikan...!" Teriak Roberto sekeras-kerannya sembari membelalakan mata. Namun apa yang terjadi? Laki-laki di kamar tahanan tadi tetap saja bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yang luasnya tak lebih sekadar cukup untuk satu orang. Dengan congak ia menyemburkan ludahnya ke wajah renta sang tahanan yang keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dengan rokoknya yang menyala.


Sungguh ajaib... Tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yang pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo... Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, "Bersabarlah wahai ustadz...Insya Allah tempatmu di Syurga." Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya.


Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai. "Hai orang tua busuk! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu?! Aku tidak suka apa-apa yang berhubung dengan agamamu!


Sang Ustadz lalu berucap, "Sungguh...aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah SWT. Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemuiNya, patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk manusia yang amat bodoh."


Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'buku kecil'. Adolf Roberto bermaksud memungutnya. Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.
"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu!" bentak Roberto. "Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini!"ucap sang ustadz dengan tatapan menghina pada Roberto.


Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.


Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung. "Ah...sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini." suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu.


Pemuda berumur tiga puluh tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Sepanyol. Akhirnya Roberto duduk disamping sang ustadz yang telah melepas nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam.


Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang dialaminya sewaktu masih kanak-kanak. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di hujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.


Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang ummi ( ibu ) yang tak sudah bernyawa, sembari menggayuti abayanya.
Sang bocah berkata dengan suara parau, "Ummi, ummi, mari kita pulang. Hari telah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa....? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi..."


Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya bocaah itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi...Abi...Abi..." Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.


"Hai...siapa kamu?!" teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah. "Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi..." jawab sang bocah memohon belas kasih. "Hah...siapa namamu bocah, coba ulangi!" bentak salah seorang dari mereka.
"Saya Ahmad Izzah..." sang bocah kembali menjawab dengan agak grogi. Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah. "Hai bocah...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek. Aku benci namamu.
Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang 'Adolf Roberto'...Awas! Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu.

Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata. Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar lapangan Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.


Roberto sadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris, "Abi...Abi...Abi..."
Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Fikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapanya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia jua ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bahagian pusar.


Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, "Abi... aku masih ingat alif, ba, ta, tsa..." Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya.


Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat seseorang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya. "Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu..." Terdengar suara Roberto memelas.


Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.


Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap. "Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu,"
Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Asyahadu anla Illaaha illallah, wa asyahadu anna Muhammadan Rasullullah...'. Beliau pergi menemui Rabbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang dibumi yang fana ini.


Kini Ahmah Izzah telah menjadi seorang alim di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru dengannya..." Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy

" Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya." (Q.S.Ali Imron:54).

Balada Otong dan si “Ada Deh”

“Ada Deh”… kata ini seringkali Otong pakai untuk merujuk perempuan yang sedang dekat dengannya. Tiap kali temannya tanya Otong sedang jalan dengan siapa atau kebetulan saat mereka menelepon Otong dan disampingnya terdengar suara seorang perempuan maka Otong pasti bilang “Lagi sama… ada deh!”

Temannya sering jengkel juga karena sikapnya yang katanya sok misterius dengan menyembunyikan perempuan yang sedang dekat dengannya. But he does have some reason why he did like that… Pertama si “Ada Deh” ini bukan hanya seorang saja, ada banyak perempuan yang dia beri gelar si “Ada Deh” selain itu si “Ada Deh” sebenarnya tak ada hubungan yang special dengannya because they are all just his friends.

Karena sering memergoki Otong yang sedang jalan dengan perempuan yang berbeda banyak teman pria menganggapnya seorang “Master Player”, kebanyakan akan berkata “Hebat loe bro, cewek loe ganti-ganti mulu. Bagi ilmunya dong.” Ato bahkan “Gila loe pake ilmu pelet apa?” Padahal klo tahu realita sebenarnya, teman-temannya itu tak akan ada yang mau berada di posisinya!

Karena Otong cuma teman dekat, close friend, not even TTM klo pake istilah anak sekarang, apalagi pacar atau kekasih. Mungkin ini karena pembawaan gendernya yang kalau menurut istilah sosiologi masuk kategori androgyny. Otong lelaki normal, straight, yang menyukai perempuan, tapi Otong tak terlalu masculine seperti kebanyakan lelaki umumnya. He hate violence, gak terlalu suka outdoor activity, don’t like soccer, non smoking, pokoknya hal-hal umum yang kebanyakan akan disukai lelaki Otong tak suka. Dan sebaliknya cukup banyak sifat feminine ada pada Otong, he likes to cook, love flower, and he is a romantic kind of person.

Hal itulah yang membuatnya lebih bisa memahami perasaan perempuan, he just know how to threat women. Dan malangnya hal ini membuat banyak teman perempuan dalam hidupnya. Kenapa malang? Karena mostly mereka cuma menjadikannya tempat cerita, sharing, curhat, atau konsultasi tentang masalah pribadi atau percintaan mereka. Kalaupun ada beberapa perempuan yang eventually attracted to him and finally going steady with him, masalah yang sama akan selalu timbul. Kalau tidak muncul jealousy karena banyaknya teman perempuannya, pasti ada racun dari pihak ketiga yang muncul secara tiba-tiba.

Sepertinya dalam waktu dekat Otong akan berhenti menyebut teman-temannya “Ada Deh”, karena dengan tak menyebut nama sama artinya tak menghargai mereka, dan mungkin hal inilah sumber kesialan dan kemalangannya….

Ketika Tuhan Menciptakan "ENDONESIA"

Suatu hari Tuhan tersenyum puas melihat sebuah planet yang baru saja diciptakan- Nya.
Malaikat pun bertanya, "Apa yang baru saja Engkau ciptakan, Tuhan?"
"Lihatlah, Aku baru saja menciptakan sebuah planet biru yang bernama Bumi," kata Tuhan sambil menambahkan beberapa awan di atas daerah hutan hujan Amazon.
Tuhan melanjutkan, "Ini akan menjadi planet yang luar biasa dari yang pernah Aku ciptakan. Di planet baru ini, segalanya akan terjadi secara seimbang".

Lalu Tuhan menjelaskan kepada malaikat tentang Benua Eropa. Di Eropa sebelah utara, Tuhan menciptakan tanah yang penuh peluang dan menyenangkan seperti Inggris, Skotlandia dan Perancis. Tetapi di daerah itu, Tuhan juga menciptakan hawa dingin yang menusuk tulang.

Di Eropa bagian selatan, Tuhan menciptakan masyarakat yang agak miskin, seperti Spanyol dan Portugal, tetapi banyak sinar matahari dan hangat serta pemandangan eksotis di Selat Gibraltar.

Lalu malaikat menunjuk sebuah kepulauan sambil berseru, "Lalu daerah apakah itu Tuhan?"
"O, itu," kata Tuhan, "itu Indonesia. Negara yang sangat kaya dan sangat cantik di planet bumi. Ada jutaan flora dan fauna yang telah Aku ciptakan di sana. Ada jutaan ikan segar di laut yang siap panen. Banyak sinar matahari dan hujan. Penduduknya Ku ciptakan ramah tamah,suka menolong dan berkebudayaan yang beraneka warna. Mereka pekerja keras, siap hidup sederhana dan bersahaja serta mencintai seni."

Dengan terheran-heran, malaikat pun protes, "Lho, katanya tadi setiap negara akan diciptakan dengan keseimbangan. Kok Indonesia baik-baik semua. Lalu dimana letak keseimbangannya? "
Tuhan pun menjawab dalam bahasa Inggris, "Wait, until you see the idiots I put in the government." (tunggu sampai Saya menaruh 'idiot2' di pemerintahannya)

Penyembah Tuhan Sembilan Centi karya Taufiq Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-
perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

negeri para bedebah

Negeri Para Bedebah
Karya:Adhie Massardi

Ada satu negeri yang dihuni para bedebah
Lautnya pernah dibelah tongkat Musa
Nuh meninggalkan daratannya karena direndam bah
Dari langit burung-burung kondor jatuhkan bebatuan menyala-nyala

Tahukah kamu ciri-ciri negeri para bedebah?
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau jadi kuli di negeri orang yang upahnya serapah dan bogem mentah

Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedang rakyatnya hanya bisa pasrah

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Jangan tergesa-gesa mengadu kepada Allah
Karena Tuhan tak akan mengubah suatu kaum
Kecuali kaum itu sendiri mengubahnya

Maka bila negerimu dikuasai para bedebah
Usirlah mereka dengan revolusi
Bila tak mampu dengan revolusi,
Dengan demonstrasi
Bila tak mampu dengan demonstrasi, dengan diskusi
Tapi itulah selemah-lemahnya iman perjuangan

Kenapa R.A. Kartini yang harus jadi ikon perjuangan perempuan?

Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa tentang R.A. Kartini, nama ampuh yg dipakai oleh Orde Baru untuk melumpuhkan semua imajinasi perempuan selama 32 tahun. Bagaimana tidak jengkel dengan Kartini, atas namanya, bertahun-tahun lamanya pergerakan perempuan diredusir menjadi lomba kebaya, memasak dan paduan suara.

Orang boleh saja mengatakan itu bukan salah Kartini tetapi salah penguasa pada saat itu yang menggunakan Kartini sebagai alat untuk membungkam tokoh-tokoh perempuan yang non-Jawa.

POHON APEL

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula, pohon apel sangat mencintai anak kecil itu.
Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon apel itu setiap harinya. Suatu hari ia mendatangi pohon apel. Wajahnya tampak sedih. "Ayo ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon apel itu.
"Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya uang untuk membelinya."
Pohon apel itu menyahut, "Duh, maaf aku pun tak punya uang... tetapi kau boleh mengambil semua buah apelku dan menjualnya. Kau bisa mendapatkan uang untuk membeli mainan kegemaranmu."
Anak lelaki itu sangat senang. Ia lalu memetik semua buah apel yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi. Pohon apel itu kembali sedih.
Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel sangat senang melihatnya datang. "Ayo bermain-main denganku lagi." kata pohon apel
"Aku tak punya waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat tinggal. Maukah kau menolongku?"
"Duh, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangun rumahmu." kata pohon apel.
Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon apel itu dan pergi dengan gembira. Pohon apel itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi. Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.
Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon apel merasa sangat bersuka cita menyambutnya. "Ayo bermain-main lagi deganku." kata pohon apel.
"Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berlibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk pesiar?"
"Duh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah."
Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon apel itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Ia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon apel itu.
Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian.
"Maaf, anakku," kata pohon apel itu. "Aku sudah tak memiliki buah apel lagi untukmu."
"Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah apelmu." jawab anak lelaki itu.
"Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang bisa kau panjat." kata pohon apel.
"Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu.
"Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang bisa aku berikan padamu. Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini." kata pohon apel itu sambil menitikkan air mata.
"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya mEmbutuhkan tempat untuk beristirahat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu."
"Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirahat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirahatlah dengan tenang."
Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon apel itu sangat gembira dan tersenyum sambil meneteskan air matanya.
Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon apel itu adalah orang tua kita.
Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita.
Ketika kita tumbuh besar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan.
Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia.
Anda mungkin berpikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.
Sampaikan pada orang tua kita sekarang, betapa kita mencintainya; dan berterima kasih atas seluruh hidup yang telah dan akan diberikannya pada kita.

IBUNDA KENAPA ENGKAU MENANGIS?

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. "Ibu, mengapa Ibu menangis?".
Ibunya menjawab, "Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak".
"Aku tak mengerti" kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum dan memeluknya erat.
"Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti...."
Kemudian, anak itu bertanya pada ayahnya. "Ayah, mengapa Ibu menangis? Sepertinya Ibu menangis tanpa ada sebab yang jelas?"
Sang ayah menjawab, "Semua wanita memang menangis tanpa ada alasan"
Hanya itu jawaban yang bisa diberikan ayahnya. Lama kemudian, si anak itu tumbuh menjadi remaja dan tetap bertanya- tanya, mengapa wanita menangis
Pada suatu malam, ia bermimpi dan bertanya kepada Tuhan. "Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?"
Dalam mimpinya, Tuhan menjawab, "Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama. Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman dan lembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.
Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita, perasaan peka dan kasih sayang, untuk mencintai semua anaknya, dalam kondisi apapun, dan dalam situasi apapun. Walau, tak jarang anak-anaknya itu melukai perasaannya, melukai hatinya.
Perasaan ini pula yang akan memberikan kehangatan pada bayi-bayi yang terkantuk menahan lelap. Sentuhan inilah yang akan memberikan kenyamanan saat didekap dengan lembut olehnya.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa- masa sulit, dan menjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan jantung agar tak terkoyak?
Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air mata kehidupan".
Maka, dekatkanlah diri kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup, berbaktilah, selagi masih ada waktu.....karena di kakinyalah kita menemukan surga.

CINTA SEJATI SEORANG IBU

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan.
Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!
Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.
Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."
Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.
Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter.
Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya,
"Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah.
Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.
Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu."
Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini." Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu.
Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah.
"Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?"
Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

Belajar Sampai Ke Negeri China: Sebuah Analisis Pendidikan di Indonesia dan China

Selamat Tahun Baru Imlek - Gong Xi Fat Choi. Tahun baru imlek ditetapkan berdasarkan perhitungan lunar (peredaran bulan) yang dikombinasikan dengan perhitungan peredaran matahari dan pergantian musim dari musim dingin ke musim semi yang menunjukkan kepada kita bahwa kehidupan di dunia ini tidak pernah kekal. Kita harus hidup berdampingan, saling menghormati dan saling mengasihi. Penanggalan Imlek banyak digunakan para petani dan nelayan yang pekerjaannya sangat tergantung kepada alam dan musim. Tahun Imlek berbeda 551 tahun dengan tahun Masehi. Awal tahun Imlek diambil dari tahun kelahiran Khong Hu Cu atau Kong Fu Tsu, yaitu tahun 551 sebelum Masehi (SM). Kong Hu Cu dianggap sebagai nabi besar bangsa Cina.

Meskipun tarikh Imlek menggunakan perhitungan bulan, namun berbeda dengan tarikh Arab yang juga berdasarkan peredaran bulan. Tahun Baru Imlek tidak semakin maju 11 hari sebagaimana halnya Idul Fitri terhadap tahun Masehi. Hal ini disebabkan dalam perhitungan Cina terdapat tahun-tahun "Loen" yang muncul sekitar tiga tahun sekali. Karena adanya "Loen" maka dalam setahun terdapat 13 bulan (biasanya 12 bulan). Umumnya, tahun baru Imlek jatuh setiap bulan Januari atau Febuari.

Dilain pihak, umat Islam patut berbangga, Nabi Muhammad telah ‘menginstruksikan’ melalui haditsnya kepada umat-Nya bahwa "Tuntut lah ilmu walaupun ke negeri China". Ini bisa diinterpretasikan bahwa belajar boleh di mana mana, asal mau belajar. Ekspresi ‘sampai ke negeri China’ menunjukkan bahwa Nabi adalah seorang futurist, visioner dan tidak mengekang umat-Nya untuk belajar hanya ‘disekitar rumahnya’. Tentu saja, kalau Nabi mengatakan "negeri China’, tentu saja dia mendapat petunjuk dari Ilahi bahwa dimasa yang akan datang pendidikan negeri China merupakan salah satu tempat belajar yang menjanjikan dan berkualitas.

Terbukti sudah sabda Nabi tersebut, belajar sampai ke negeri China bukan sekedar ungkapan penunjukkan tempat belaka, tetapi penuh makna dan inspiratif. Sekarang China sudah menjadi salah satu negara yang paling maju di dunia setelah AS, Jepang dan Uni Eropa. Diyakini AS dan Uni Eropa bisa maju didukung oleh SDA yang kaya dan ditopang oleh jumlah penduduk yang ‘tidak banyak’. Tapi bayangkan dengan penduduk yang lebih satu milyar, China bisa tangguh dalam mengelola pendidikan dengan optimal sehingga bisa menghasilkan SDM yang bisa membangun negaranya.

Ungkapan ‘Negeri China" dalam ungkapan diatas menunjukkan disatu sisi sebagai ungkapan penekanan bahwa seberapa penting sebuah pembelajaran, belajar itu tidak mengenal tempat, dimana saja asal ilmu yang didapatkan dalam proses pembelajaran bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Dilain pihak, ada "implikatur" dalam ungkapan tersebut yaitu belajar ‘diluar’ dengan latar belakang agama dan tradisi yang berbeda bukan untuk mengikuti agama dan tradisi didaerah tersebut, seperti seekor ikan yang hidup di laut, walaupun airnya asin, tetapi ikan tidak pernah asin. Begitu juga seorang pembelajar yang belajar di negeri non-muslim.

Termasuk karunia Tuhan disamping nikmat persepsi dan berfikir, manusia dibekali pula dengan kesiapan alamiah untuk belajar serta memperoleh ilmu, pengetahuan, keterampilan dan keahlian. Belajar menjadikan manusia memiliki kemampuan lebih dalam untuk mengemban tanggung jawab hidup dan memakmurkan bumi. Selain itu, belajar juga memungkinkan manusia mengembangkan kemampuan dan keterampilannya dengan jamninan manusia dapat mencapai kesempurnaan insani yang luar biasa.

Manusia dapat memperoleh ilmu pengetahuan dari dua sumber utama: sumber ilahi dan sumber insaniah (Najati, 2005). Ilmu yang datang dari sumber ilahi adalah ilmu yang secara langsung datang kepada kita dari Allah SWT melalui wahyu, ilham atau mimpi yang benar. Adapun ilmu yang datang dari sumber insaniah adalah ilmu yang dipelajari manusia dari pengalaman pengalaman pribadinya dalam kehidupan, kesungguhannya dalam eksplorasi, observasi, upaya mengatasi berbagai masalah yang menghadang dengan cara trial and error, atau melalui pengalaman praktis.

Pada suatu kesempatan, Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas Fasli Jalal pernah menyatakan niatnya untuk belajar tentang pendidikan untuk guru kepada China. Pernyataan itu diutarakannya setelah penutupan The Seventh E-9 Ministerial Review Meeting on Education for All di Bali (12/3) sebagaimana dilansir The Jakarta Post (13/3).

Niat pemerintah Indonesia untuk belajar dari China tentang pendidikan dan distribusi guru patut didukung. Meningkatkan kualitas guru berarti meningkatkan kualitas pendidikan. Menyediakan guru-guru berkualitas berarti mencerdaskan semua anak bangsa di mana pun mereka berada.

Saling belajar antar negara negara Asia sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman dan saling pengertian khususnya dalam bidang pendidikan di Indonesia yang ternyata tertinggal kemajuannya dibandingkan beberapa negara Asia lainnya (Surya, 2003). Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan, Indonesia harus banyak belajar dari beberapa negara di Asia yang telah terbukti mampu meningkatkan kemajuan dan kesejahteraan bangsanya melalui pendidikan, yaitu China.

Pembangunan China yang pesat beberapa dasawarsa terakhir ini merupakan hasil dari kebijakan pemusatan pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Sejalan dengan visi China ke depan, ratusan ribu para generasi muda dikirim ke luar negeri untuk menuntut ilmu dan mereka disiapkan untuk menjadi subjek subjek pembangunan China dimasa yang akan datang. Pendidikan mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional dengan menyediakan anggaran dan sarana yang memadai di seluruh negara. Guru merupakan kunci sentral dan mendapatkan tempat terhormat menurut alam budaya China. Hal itu diwujudkan dengan pengelolaan guru yang mencerminkan posisi itu seperti gaji yang lebih baik dibandingkan dengan pegawai lain, fasilitas yang diberikan oleh negara seperti perumahan dan jaminan jaminan lain.

Jelas sekali, paradigma pembangunan nasional China berbasis pada pengembangan sumber daya manusia merupakan landasan yang kokoh bagi kemajuan nasional dalam berbagai bidang untuk memasuki persaingan global. Ini dinyatakan dengan wujud kemauan, kepedulian, dan kebijakan politik dalam pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Dan menghimbau kepada pihak swasta untuk berinvestasi dalam bidang pendidikan tanpa menekankan cari untung secara material.

Bagi China, guru sebagai salah satu komponen pendidikan menempati posisi sentral dalam aktualisasinya melalui satu manajemen guru yang efektif dan dilandasi dengan legalitas perundang undangan yang mantap serta dilaksanakan secara konsekuen. Hal hal yang berkaitan dengan rekrutmen, seleksi, pendidikan, sistim remunerasi, penghargaan dan perlindungan, pengembangan profesi, jaminan sosial, pembinaan, promosi dilakukan melalui pendekatan terpadu. Para guru mendapatkan perlakuan secara kultural dan material sedemikian rupa sehingga memperoleh jaminan yang memadai untuk bekerja efektif secara profesional.

Otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan dilaksanakan secara konsekuen sampai ke tingkat institusional dalam rangka standar nasional. Desentralisasi pendidikan memberikan peluang bagi daerah untuk mengembangkan kebijakan pendidikan dalam kerangka nasional, dan manajemen berbasis sekolah memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk secara mandiri dan kompetitif dalam pelaksanaan pendidikan. (Surya, 2003)

Dalam sebuah situs, selain guru, ada dua hal penting lain yang patut di pelajari dari pendidikan di China. Pertama, komitmen dan konsistensi pemerintah China untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan berdasarkan kebutuhan mereka sendiri. Pencanangan suatu strategi pendidikan diikuti dengan perangkat kebijakan dan teknis implementasi lapangan. Implementasi sebuah strategi pendidikan dilakukan untuk jangka menengah hingga jangka panjang, tidak cepat berubah, selalu dievaluasi keberhasilannya, dan mempertimbangkan kondisi masyarakat China sendiri.

Kedua, kurikulum dan buku teks disusun berdasarkan hasil penelitian. Hal itu menuntut digalakkannya penelitian psikologi untuk pendidikan. Penelitian-penelitian psikologi amat diperlukan untuk menjawab pertanyaan tentang pengetahuan yang sesuai untuk dipelajari anak-anak menurut usia mereka dan bagaimana mengajarkan pengetahuan itu. Karena di teliti di masyarakatnya maka hasil temuan itu memang yang paling sesuai dengan masyarakat China. Kurikulum dan metode tidak semata-mata meniru dari Barat atau Negara lain, tetapi yang sesuai dengan masyarakat China.

Kurikulum dan buku teks tidak disusun berdasarkan subjek yang ada, tetapi mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan anak-anak sesuai dengan usianya. Jadi, anak-anak tidak terbebani oleh banyaknya mata ajar, tugas-tugas, atau membaca buku yang cara penyajiannya tidak sesuai dengan kemampuan kognitif di usia mereka. Anak-anak seharusnya bisa lebih mudah mengikuti pelajaran karena ilmu yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan mereka dan cara penyampaiannya sesuai dengan kemampuan usia mereka. Jangan ada lagi, misalnya, anak-anak di taman kanak-kanak yang dipaksa ikut les tambahan belajar membaca supaya bisa lulus tes masuk sekolah dasar. Atau jangan ada lagi anak-anak sekolah dasar yang diharuskan mengerjakan lembar kerja yang hurufnya dicetak kecil-kecil seperti buku teks orang dewasa.

Memang beberapa ulama menyatakan "haram" hukumnya ikut merayakan Tahun Baru Imlek seperti yang dilakukan dalam budaya China (Tionghoa). Tetapi, sebagai orang yang hidup dalam era global, sebaik tidak mencampurkan urusan agama dengan "belajar". Kita hormati dan hargai siapapun yang ingin merayakan hari raya nya, tetapi apakah kita harus "berdosa" kalau kita ingin mempelajari ‘kebudayaan, strategi, kiat, program’ yang membawa masyarakat itu alam kesuksesan? Sin Chun Kiong Hie, Tiam Thiam Sui.
Powered By Blogger